Sabtu, 08 Desember 2018

AKU ANTI ANARKIS



AKU ANTI ANARKIS

Aku bagaikan budak di Negri sendiri
Hak tak lagi menjadi hak
Kewajiban menjadi hal yang sangat ditekankan
Keinginan tak lagi se Iya sekata

Aku diperbudak oleh para petinggi
Pribumi tak lagi dipandang sebagai pribumi
Melainkan orang asing yang ingin menjatuhkan yang tinggi
Sadar atau tidak, tangga yang mereka pakai berpijak selama ini berasal dari pribumi

Aku menjadi orang asing di rumah sendiri
Dipandang sebagai seorang tamu yang dicurigai
Seolah berjalan dengan membawa tangan yang panjang
Sadar atau tidak, mereka lebih patut menyandang gelar Sipanjang Tangan

Keadilam tak lagi dipandang adil
Justru yang adil, itulah yang diadili
Hukum sepatutnya menjadi buta
Tidak memandang siapa pelakunya
Ironinya
Hukum sangat tajam ke bawah
Namun tumpul ke atas
Lantas, kemanakah kami harus berlindung ?


Bagaikan permainan catur
Yang lemah berada pada barisan terdepan
Sementara yang penguasa berlindung di belakang pion-pion yang lemah

Bangun dan bangkitlah !
Terlalu lama kalian tertidur
Sampai tak menyadari tembok samping rumahmu telah menjadi marcusuar pencakar langit

Wahai kalian yang berjiwa muda
Hedonis bukan kebutuhan Bangsa
Melainkan awal mula runtuhnya suatu Bangsa

Jika Anarkis sudah dianggap biasa
Maka sadarkan mereka dengan karya yang tak biasa


MUSHHAFMM (Ucca)

Jumat, 23 November 2018

Perlunya Pendidikan Budaya

Pendidikan sangat dibutuhkan untuk membentuk generasi yang ideal.
Ideal yang saya maksud adalah generasi yang mampu menjaga jati diri suatu bangsa khususnya Indonesia.

"Bhinneka Tunggal Ika" merupakan salah satu dalih untuk mempertahankan keutuhan Indonesia. Teorinya cukup sederhana yaitu banyak tapi tetap satu. Artinya meski beragam namun tetap berada pada satu wilayah kenegaraan yang sama yaitu Indonesia. Dalam hal ini jelas diperkuat oleh Sumpah Pemuda.

kegiatan Talkshow yang manarik namun sedikit mengusik. Kembali mengorek kegelisahaan diri terkait bagaimana Indonesia ini kedepannya??.
Kepada siapa nahkoda kepemimpinan akan diberikan?.
Jawabannya sederhana yaitu kepada generasi muda sekarang ini tepatnya generasi zaman now atau generasi milenial.
Meskipun kuantitas Sumber Daya Manusia tidak lagi dipertanyakan, namun jika ditelusuri lebih mendalam justru akan membawa kita pada muara kegelisahan. Bagaimana kualitas pemuda sekarang ini?..
Jika memang berkualitas, apakah kualitas tersebut menyebar dengan skala luas atau hanya terdapat pada orang-orang tertentu saja yang memang dipersiapkan oleh tuan-tuan elit yang memegang nahkoda sekarang ini??

Penguatan nilai-nilai kearifan lokal dalam menghadapi era disrupsi yang dibawakan pada acara Talk Show tepatnya di Baruga Anging Mammiri, Makassar tanggal 23 Nov 2018 menyorot dua aspek kehidupan yaitu Pendidikan dan Budaya. Tidak dapat dipungkiri bahwa di era sekarang ini memang banyak nilai yang terdisrupsi lalu nilai yang terdisrupsi tadi tergantikan dengan nilai-nilai yang baru. Tidak menutup kemungkinan nilai yang baru ini berkambang secara bertahap yang tentunya diiringi dengan perubahan pola tindakan, dari pola tindakan lama ke pola tindakan yang baru dan relevan dengan nilai yang baru pula. Tindakan baru tersebut menjadi sebuah aktifitas yang sering terjadi yang nantinya akan menjadi suatu kebiasaan. Dari suatu kebiasaan inilah yang bertransformasi menjadi budaya yang baru dan menggeser budaya yang telah ada sebelumnya.

Tidak mampu kita mengelakkan dan memunafikkan perkembangan zaman. Karna telah menjadi suatu kenyataan yang benar-benar terjadi bahkan kita merasakan sendiri. Tidak ada salahnya kita mengikut pada perkembangan zaman pada aspek teknologi yang bersifat global. Namun sayang salah satu dampak yang timbul dari perkembangan teknologi ini adalah tergerusnya nilai-nilai kearifan lokal itu sendiri. Sementara kearifan lokal merupakan jati diri dari setiap daerah. Membahas soal jati diri, sudah barang tentu erat kaitannya dengan yang namanya karakter. Jika pendidikan budaya ini dikesampingkan, maka penerus bangsa akan mengikut pada suatu budaya luar yang membuming. Pertanyaannya, dari mana mereka mendapatkan budaya luar tersebut?
Tentu ini tidak lepas dari perkembangan teknologi yang begitu pesat.

Jika pemerintah menyadari perlunya penguatan nilai-nilai kebudayaan di setiap daerah maka nilai-nilai penguatan daerah ini akan dituangkan pada aspek pendidikan, baik pendidikan formal atau non formal. Namun sayang paradigma  yang terbentuk dikalangan generasi milenial atau generasi zaman now ini menganggap bahwa orang-orang yang berpegang teguh pada budaya itu adalah orang-orang yang kolot dan ketinggalan zaman katanya. Baru dikatakan modern jika gandrung terhadap artis korea, suka lagu-lagu barat dan sejenisnya.

Salah satu dosen yang memaparkan keluhannya di acara Talk Show terkait kualitas mahasiswa sekarang ini. Keluhan yang berisi tentang bobot makalah tugas mahasiswa cenderung merupakan copy paste. Keluhan tersebut tidak lepas dari dampak yang timbul dari perkembangan teknologi yang terjadi.
Kita sama-sama menyadari bahwa manusia itu lebih cenderung melakukan pekerjaan yang kurang menguras tenaga, pikiran, waktu dan materi. Misalnya, seorang pelajar yang diberi tugas untuk membuat suatu makalah.
Pelajar tersebut mempunyai dua pilihan sumber untuk mendapatkan referensi tugas makalah tersebut yaitu media buku atau smartphone.
Jika ditimbang dari aspek kemudahan dari dua sumber informasi ini, sudah tentu smartphone adalah pilihan yang terbaik dalam mendapatkan informasi yang nantinya dijadikan referensi untuk membuat sebuah makalah. Karna mudah dalam mengakses informasi.
Mengapa hal diatas dapat terjadi?.
Karna sipengajar cenderung tidak lagi memperhatikan kualitas dari isi makalah tersebut melainkan lebih mengarah pada aspek kewajiban mengajar semata.Namun jika pengajar lebih memperhatikan kualitas isi makalah, maka waktu yang dibutuhkan juga harus sebanding atau lebih lama. Karna membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menganalisah satu persatu makalah tersebut.

Ironi, pendidikan tidak lagi bergerak pada penguatan karakter namun berpacu pada nilai yang bersifat semu semata atau nilai yang tertuang di atas kertas. Itulah fakta yang terjadi. Maka jangan heran jika kebanyakan dari kalangan pelajar saat ujian lebih banyak melakukan tindakan menyontek. Karna nilai jauh lebih dihargai daripada sebuah nilai kejujuran.
Daripada SP (Semester Pendek) melayang karna nilai ujian tidak memenuhi standar, lebih baik menyontek untuk memenuhi nilai standar. Karna untuk mengikuti SP juga memerlukan biaya.
Maka jangan heran jika banyak orang yang berpendidikan tinggi tapi miskin akhlak. Jika kita disuruh memilih antara orang cerdas atau orang yang berakhlak, kita pasti akan memilih orang yang berakhlak daripada orang yang cerdas. Sebagai contoh, seorang telah berhasil menipu orang lain dengan taktik yang telah disusun sedemikian rupa untuk mengelabuhi korbannya.
Penipu itu cerdas dalam menyusun taktik, tapi jika tindakan ini diserat pada perspektif akhlak tentu orang akan memandang bahwa tindakan seperti itu bukanlah tindakan yang baik.
Oleh karna itu pendidikan budaya sangatlah diperlukan sebagai upaya dalam memperthankan jati diri dalam bernegara.

Salam literasi
@Ucca

Sabtu, 23 Juni 2018

KEBABLASAN PRAKTIK EMANSIPASI

KEBABLASAN PRAKTIK EMANSIPASI

Perampuan adalah salah satu makhluk ciptaan tuhan yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia dan tidak pernah lepas dari sejarah peradaban umat manusia. Tanpa sosok perempuan kita tidak akan pernah ada di dunia ini. Karna melalui perempuanlah manusia dititipkan terlebih dahulu sebelum melangkah ke alam dunia yaitu alam rahim yang perempuan miliki.

Banyak orang-orang hebat yang tidak akan pernah bisa menjadi hebat tanpa didukung dengan sosok perempuan hebat di belakangnya. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno juga tidak lepas dari sosok perempuan yang sekaligus menjadi penjahit Sang Saka Merah Putih sebagai Lambang Kebangsaan Indonesia, dialah Fatmawati. Istri komedian Tukul Riyanto alias Tukul Arwana yang merupakan sosok perempuan hebat yang selalu setia menemani Tukul mulai dari seorang yang bukan siapa-siapa hingga menjadi selebritas yang sangat tenar, dialah Susiana. Diberbagai kalangan profesi apapun dan dimanapun, jika terdapat figur laki-laki hebat di dalamnya maka tidak akan pernah lepas dari sosok perempuan hebat pula di dalamnya.

Menurut kutipan yang saya ambil, wanita secara terminologi merupakan kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan anak gadis.

Sementara menurut etimologi, wanita berdasarkan asal bahasanya tidak mengacu pada wanita yang ditata atau diatur oleh laki-laki atau suami pada umumnya terjadi. Dengan arti lain, wanita atau perempuan memiliki wewenang dalam menghidupi keluarganya bersama sang suami.

Ada begitu banyak definisi dan arti wanita atau perempuan dari berbagai kalangan tokoh seperti Yusuf Al Qaradhawi yang mengatakan “Wanita adalah penyempurna bagi laki-laki”. Kiai Dahlan mengungkapkan bahwa “Wanita merupakan aset umat dan bangsa. Tidak mungkin membangun peradaban umat manusia apabila para wanita hanya dibiarkan berdiam diri di dapur dan rumah saja” dan seorang Abdullah Cholil mengatakan bahwa “Wanita adalah pilar bangsa, tiang negara, sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW tentang peran penting seorang ibu”. Sementara menurut Hermawan Kartajaya “Wanita adalah peluang pasar paling besar di dunia dan secara kasar tidak dilayani dengan baik”. Definisi tentang sosok wanita atau perempuan berbeda-beda tergantung dari perspektif orang yang melihatnya. 

Sering kali kita mendengar apalagi dikalangan masyarakat awam yang masih cenderung tradisonal bahwa pekerjaan seorang perempuan itu hanya untuk mengasuh anak, memasak dan melayani keluarga. Sehingga pandangan seperti ini mengakibatkan perempuan menjadi pihak yang dirugikan, karna terbatasnya ruang gerak dalam mengasah keterampilan yang dimilikinya. Sementara di atas sudah jelas bahwa arti lain dari perempuan secara etimologi adalah wanita atau perempuan yang memiliki wewenang dalam menghidupi keluarganya bersama sang suami.

Paradigma yang secara tradisional di atas dapat berdampak buruk pula kepada kaum laki-laki. Karna secara tidak langsung cara pandangan diatas bersifat memaksa kepada kaum laki-laki untuk jauh lebih terampil dan memiliki sifat yang lebih keras. Dampaknya, banyak tejadi kasus kekerasan pada perempuan karna cara pandang di atas menghasilkan budaya patriarki.

Di dalam sebuah kitab agama Khatolik dan Gereja terdahulu, Timotius 2 : 4 berbunyi “Tidaklah Adam yang tertipu tapi Hawa lah yang tertipu, sehingga ia termasuk dalam kesalahan”. Ayat ini kemudian di sandingkan dengan mitos yang mengatakan kalau “si Hawa Penyebab Dosa”.
Lain halnya dalam Agama Yahudi yang menggambarkan bahwa perempuan itu hanyalah seorang pembantu dan ayahnya berhak menjual anak perempuannya jika tidak mempunyai saudara laki-laki. Begitu rendah derajat wanita di kalangan pemuka yahudi yang mengatakan perempuan itu merupakan sumber laknat dan tombak iblis untuk menjurumuskan Adam, Sehingga terusirlah Adam dari surga. Perempuan hanya dianggap sebagai pemuas bagi kaum laki-laki saja kala itu. Mirisnya lagi, pada tahun 1805 M Inggris membuat Undang-undang tentang hak suami untuk menjual istrinya. Hingga pada tahun 1882 M perempuan kala itu di Inggris belum juga memiliki hak kepemilikan harta benda secara penuh dan hak untuk menuntut ke pengadilan. Itulah beberapa gambaran perempuan di tinjau dari sudut pandang kitab Agama Khatolik, Gereja  dan Yahudi beserta bukti yang terjadi di Inggris di tahun 1805 M. Selanjutnya bagaimana pandangan Islam tentang ini?

Dalam surah Al-Hujurat ayat 13 berbunyi “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa”. Dari ayat ini menerangkan bahwa kemuliaan laki-laki dan perempuan itu tidak diukur dari bangsa dan sukunya, melainkan dilihat dari ketakwaannya. Semuanya memiliki hak yang sama. Tabiat tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan itu hampir sama. Sebeb persoalan jual dan membeli, melanggar dan dihukum, menuntut dan menyaksikan sama-sama bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. 
Seiring berkembangnya zaman, tidak sedikit juga yang berpandangan bahwa perempuan juga mempunyai hak yang sama dengan kaum laki-laki. Baik itu dalam mengurus urusan keluarga atau persoalan pekerjaan dan karir

Sejarah telah mencatatkan bahwa di Indonesia telah lahir sosok perempuan yang memberi inspirasi dalam menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan hak dan kebebasan kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki khususnya dalam mengenyam pendidikan tinggi di kala itu. Dialah R.A Kartini. Kartini mendapati adanya kesenjangan intelektual antara suami istri dalam pendidikan. Karna di zamannya yang umum terjadi adalah perempuan hanya menjalankan kehidupan sebagai ibu rumah tangga, mengasuh anak, mengurus dapur dan pekerjaan yang yang berbau rumah tangga lainnya. Inilah yang melatar belakangi Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita masa itu.

Buah manis dari perjuangan Kartini mengenai emansipasi ini bisa kita lihat dimana kemajuan para perempuan Indonesia dalam dunia kerja atau karir yang dulu hanya diduduki oleh kaum laki-laki sudah banyak juga yang diduduki oleh kaum perempuan. Pekerjaan atau karir mulai dari seorang Pegawai Negri Sipil atau swasta, pengusaha, pendakwah, pengacara, pilot, arsitektur, dokter, direktur, pengurus partai, mentri dan bahkan seorang presiden sekalipun sudah bisa di masuki oleh kaum perempuan. 

Banyak tokoh perempuan yang dengan adanya emansipasi di Indonesia ini membuatnya mampu menyalurkan dan unjuk kebolehan sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki. Sebagai contoh Seperti Najwa Shihab yang biasa dipanggil Nana, seorang reporter televisi dan pembawa acara yang berprestasi dan profesional. Tri Rismaharini atau biasa disapa Ibu Risma, yang dimana mampu menjadi perempuan  pertama sepanjang sejarah demokrasi Indonesia yang terpilih sebagai Wali Kota Surabaya melalui pemilihan langsung kepala daerah di era reformasi dan merupakan kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia. Susi Pudjiastuti selaku Mentri Kelautan dan Perikanan yang masuk sebagai salah satu daftar nama yang ditakuti dan disegani oleh negara luar Indonesia karna ketegasannya dalam menjaga laut beserta isinya dari para pencuri ikan yang memasuki kawasan teritorial kelautan Indonesia, dan masih banyak tokoh perempuan hebat lainnya.
Selain memberi kemajuan pada perempuan Indonesai di berbagai sektor, tidak sedikit juga yang kebablasan dalam mengartikan emansipasi. Ibarat sebuah pohon yang mempu menghasilkan banyak buah tapi tidak semua buahnya itu bagus. Akan ada saja sebahagian buah yang akan rusak. Sama halnya dengan buah dari emansipasi ini. Selain terdapat buah positif dari emansipasi karna total berkarya, terdapat pula buah negatif dari emansipasi karna kebablasan dalam mempraktikkan emansipasi. Keliru dalam mengartikan emansipasi merupakan penyebab bablasnya praktik emansipasi. Pergaulan dan gaya hidup khusunya kaum perempuan di era yang teknologinya berkembang sangat pesat ini selalu dibungkus dengan emansipasi. Sehingga emansipasi dijadikan kedok dalam mengeluarkan aspirasi yang hasilnya lebih condong pada pemberontakan melalui keinginan perempuan untuk menjadi seperti laki-laki atau sifat feminimnya di tunjukkan dengan balutan seksi.
Kita bisa menyaksikan sendiri baik di layar TV atau dalam kehidupan kita sehari-hari tentang bagaimana pergauklan da gaya hidup perempuan masa kini. Mempertontontankan dan menonjolkan sosok yang lebih mementingkan kecantikan, keelokan tubuh dan materi belaka. Keangkuhan dibalut emansipasi mampu mengkerutkan dan mengkeruhkan kecerdasan dalam berpikir dan bertindak demi memajukan keluarga dan bangsa.
Sembari mengingatkan bahwa emansipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesaia adalah pembebasan dari perbudakan atau persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sehingga jelas kalau emansipasi pada perempuan yang dipelopori oleh R.A Kartini di Indonesia, penulis surat-surat koresponden pada sahabat Belandanya yang kemudian diangkat menjadi sebuah buku berjudul “Habis Terang Terbitlah Terang” merupakan proses pelepasan diri perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju terkhusus mengenai hak  untuk mendapatkan pendidikan seluas-luasnya dan setinggi-tingginya agar perempuan juga di akui kecerdasannya. Perempuan juga diberi kesempatan yang sama untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimilikinya agar perempuan tidak lagi direndahkan derajatnya di kalangan masyarakat khusunya laki-laki.
Hadirnya emansipasi tidak untuk digunakan sebagai suatu atribut yang menjadikan pelakunya bisa menghilangkan kodratnya begitu saja, terutama bagi perempuan. Pekerjaan seperti memasak, mencuci dan mengurus anak sudah harus menjadi keahlian perempuan yang harus dimiliki. Walaupun sebagai perempuan karir bukan berarti hal seperti di atas merupakan suatu hal yang sangat tabu baginya.

Dampak lain bagi perempuan yang terlalu mementingkan karir ketimbang urusan rumah tangga yaitu dapat menghilangkan sifat keibuan perempuan tersebut. Salah satu hasil riset kedokteran di dunia barat menunjukkan telah terjadi perubahan yang amat signifikan terhadap bentuk tubuh perempuan karir secara biologis, sehingga menyebabkannya kehilangan naluri kewanitaan. Meskipun jenis kelamin mereka tidak berubah menjadi laki-laki, namun jenis perempuan semacam ini dijuluki sebagai jenis kelamin ke tiga. Menurut data statistik, kebanyakan penyebab kemandulan para istri yang merupakan perempuan karir tersebut bukan karena penyakit yang biasa dialami oleh anggota badan, tetapi lebih diakibatkan oleh ulah perempuan di masyarakat Eropa yang secara total, baik dari aspek materi, pemikiran maupun biologis lari dari fithrahnya yakni sifat keibuan.

Harus juga dipahami bahwa, hadirnya emansipasi bukan untuk dijadikan jalan bagi perempuan untuk mengambil alih semua hak yang sebelumnya dimiliki oleh kaum laki-laki. Akan tetepai hadirnya emansipasi ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi perempuan untuk mendapatkan persamaan hak dan kebebasan seperti kaum laki-laki, bukan untuk mengambil hak kaum laki-laki.

Sebenarnya tidaklah mutlak bahwa perempuan berada di dapur terus menerus, namun jika ini dilakukan maka ini adalah sesuatu yang baik. Imam Al-Ghazali pernah berkata bahwa pada dasarnya istri tidak berkewajiban melayani suami dalam hal memasak, mengurus rumah, menyapu, menjahid, dan sebagainya. Akan tetapi jika itu dilakukan oleh istri maka itu merupakan hal yang baik. Sebenarnya suamilah yang berkewajiban untuk memberinya atau menyiapkan pakaian yang telah dijahit dengan sempurna, makanan yang telah dimasak secara sempurna. Bukan berarti setelah perempuan mengetahui ini malah dijadikan alasan untuk menghindar ketika ada suatu hal yang diinginkan oleh suaminya. Dalam persoalan keluarga, perempuan dan laki-laki mempunyai posisi saling membutuhkan. Perempuan telah diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki dan sebaliknya laki-laki memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh perempuan.

Jangan mau manjadi latah, sehingga kebablasan dalam mengartikan dan mempraktikkan emansipasi. Jangan salah dalam memahami emansipasi sehingga berdampak pada terkikisnya etika yang mengotori cara berpikir yang hanya akan merendahkan sisi perempuan itu sendiri.

Tegasnya, emansipasi perlu diterapkan bagi perempuan tapi bukan alasan penghilang fitrahnya selaku perempuan. Perempuan harus sadar bahwa suami dan keluarga adalah yang utama. Jangan dijadikan sebagai kesempatan untuk melakukan semua yang perempuan inginkan.

Para perempuan karir yang menjadi ibu rumah tangga tidak dapat memberikan pelayanan secara maksimal terhadap anak-anak mereka yang masih kecil, karena hampir seluruh waktunya dicurahkan untuk karir mereka. Sehingga anak-anak mereka hanya mendapatkan jatah sisa waktu saja yang semestinya dipergunakan untuk istirahat. Perempuan tetaplah perempuan yang memiliki kodrat apalagi sebagai The Firs Teacher bagi anak-anaknya, sekonsisten apapun dia terhadap karirnya.

Sebagai penutup kutipan dari Rohana Kudus salah satu toko pejuang perempuan dari Padang mengatakan “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki- laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus diubah adalah mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur dan taat beribadah. Yang kesemuanya hanya dapat dipenuhi dengan ilmu pengetahuan“.

*TERIMA KASIH*





















BIODATA

NAMA : MUSHHAF MURATTAL MARDHATULLAH
EMAIL : mushhafmurattalm@gmail.com
NMR TLP : 082345898495
TTL : SAMARINDA, 02 AGUSTUS 1995

Minggu, 06 Mei 2018

IGAU

IGAU

Seorang lelaki remaja yang mempunyai begitu banyak cinta. Membagi kepada siapa saja yang iya temui. Menganggap dirinya adalah pengelana cinta, Membuatnya merasa menjadi orang yang dermawan akan cinta. Kepada siapa rasa ini akan berlabu? Entahlah.

Awal mula menjalani status pacaran bukanlah hal yang sangat mudah baginya. 
Bukan semerta-merta ia beranjak begitu saja, dari sebelumnya non status to status (pacaran). Dia terjebak di antara sebuah status dan perasaan. Terpaksa.

Status bersama orang lain tapi perasaan malah ke orang lain pula.
Perasaan  tak kunjung hilang pada wanita yang dia tinggalkan tadi.

Hari berganti hari, bulanpun mengikut alur sistematisnya. Berusaha menghapus semua perasaannya. Mencoba mendekati wanita selain dirinya, namun tetap ia kalah olehnya.

Apakah ini cinta, atau hanyalah sekedar kesalahan yang mencoba terus menghukumnya?
Namanya menghembus lembut kedalam pikirannya, saat itu pula ia merasa dihakimi oleh kesalahannya.

Pernah juga ia membuka hati pada seorang wanita untuk mengganti nama yang selama ini selalu menjadi subjek penghukumnya, namun wanita itu tak mampu melakukannya. Hanya bertahan beberapa bulan dan beranjak meninggalkannya demi lelaki yang ditemuinya sebelum dirinya.

Karna kajadian itu, dia meyakini akan keberadaaan istilah CLBK.

Igaunya.

              

Rabu, 02 Mei 2018

Tanggapan untuk penumpangku

Nasihat bisa didapatkan dari siapa dan apa saja. Batu pun mampu memberi nasihat bagi siapa saja yang berpikir dan memikirkan karakter batu. Jika belum yakin, coba saja lakukan.

Banyak orang yang mampu memberi nasihat, walau pahit namun menyehatkan. Tak sedikit orang yang ketika diberi nasihat beranggapan bahwa itu adalah suatu hal yang tidak pro terhadapnya. Baginya, itu suatu hal yang menjatuhkan untuknya.

Berleha diatas pujian tidaklah baik. Membuat lupa diri bak kacang lupa kulitnya.

Meski kita mengangguk akan kebenaran rasio yang diberikan sipenasihat, bukan berarti 100% mampu menggambarkan semua apa yang sebenarnya terjadi.

Semua orang mempunyai karakter yang autentik dari dirinya sendiri dan Jangan terlalu lama dalam sandiwara yang menyiksa diri sendiri. Apatah lagi hanya untuk mendapatkan tambatan hati.

Bukankah tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan?
Seburuk apapun atau sebaik apapun pasti memiliki dua sisi yang merupakan lawan atau antonim dari sifat itu sendiri.

Walau itu salah, tapi ini bukan tanda bahwa hidup ini telah berakhir. Meperbaiki diri, jatuh - bangkit, jatuh - bangkit lagi.

Ada resiko dibalik apa yang dipilih. Bahkan tidak memilih untuk menghindari resiko juga merupakan resiko.

Jumat, 27 April 2018

Ramai terasa sepi

Tiada kebaikan dalam kesepian. Tiada insan yang meminta untuk disepikan. Sepi tak pernah terencana. Datang bak syair jelangkung "datang tak diundang".

Tamu yang tiada pernah diharapkan kedatangannya. Tak pernah paham dengan singgungan oleh siapa yang dihinggapinya.

Keramaian ini terasa sepi. Semua tawa, canda, gurau, sindir cengingir tak mampu mengusir tamu yang tak diundang ini.

Justru kesepian kian menguat, seolah tawa, canda, gurau, dan sindir cengingir tadi merupakan karbohidrat untuknya yang justru membuatnya menguat.

Namun entah, mungkinlah mereka merasakan apa yang kurasa?
Pertemuan ini tak lebih dari krupuk yang telah lama membasih.

Ramai terasa sepi.
Kost teman.

Selasa, 01 November 2016

Syukuri saja.

Tak selamanya yang kamu cintai dapat kau miliki.
Tapi yang dapat kau lakukan adalah mencintai apa yang kamu miliki.
Hidungmu adalah milikmu. meski itu pesek. maka cintailah dengan cara mensyukurinya.

Kurang lebih seperti itulah pebijak berkata. Seringkali kita kurang bersyukur dan nyaris tiada syukur dalam hidup ini.
Mengeluh suatu cara yang sangat mudah dalam mewarnai hidup. Namun apa yang didapatkan dalam mengeluh?.

Ingin yang cantik, dapat yang cantik.
Ingin yang kaya, dapat yang kaya.
Ingin yang pintar, dapat yang pintar.
Ingin yang agamais, dapat yang agamais.
Namun selalu saja merasa kurang.
Maaf dirimu belum bersyukur.

Saat bersyukur sudah berhasil kita terapkan, maka ketenangan jiwa yang akan dituai darinya. Bahkan ketika tidak mendapatkan si cantik, si kaya, si pintar, si agamais dan lain-lainnya. Karna bersyukur membuat kita sadar bahwa,segala apa yang ada terjadi baik dulu, sekarang, nanti dan segala apa yang ada didalamnya tidaklah terlepas dari campur Tangan Tuhan.

Jadi syukuri saja.